Senin, 07 November 2016

SEJARAH BERDIRINYA

PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE




Pendiri PSHT ialah KI HADJAR HARDJO OETOMO,lelaki kelahiran madiun pada tahun 1890. karena ketekunannya mengabdi pada gurunya yakni KI NGABEHI SOERO DIWIRYO,terakhir ia pun mndapatkan kasih berlebih dan berhasil menguasai hampir seluruh ilmu sang guru hingga ia berhak menyandang predikat pendekar Tingkat III dalam tataran ilmu Setia hati (SH).
Itu terjadi pada desa winongso saat bangsa belanda mencengkramkan kuku jajahannya pada indonesia.

Sebagai Seorang pendekar KI HADJAR HARDJO OETOMO pun berkeinginan luhur untuk mendermakan ilmu yg pada milikinya kepada Orang lain untuk kebaikan sesama untuk Keselamatan sesama ,untuk keselamatan dunia.tapi jalan yg pada rintis ternyata tidak semulus harapannya.jalan itu berkelok penuh dengan aral rintangan terlebih Saat itu jaman penjajahan.ya sampai KI HADJAR sendiri terpaksa harus magang menjadi Guru pada sekolah dasar pada benteng madiun Sesuai beliau menamatkan bangku sekolahnya.tidak betah menjadi guru KI HADJAR beralih profesi sebagai leerling reambate pada SS (PJKA/ kereta api indonesia saat ini -red) Bondowoso,Panarukan,dan Tapen.


Sebagai seorang pendekar, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pun berkeinginan luhur untuk mendarmakan ilmu yg dimilikinya kepada orang lain. Untuk kebaikan sesama. Untuk keselamatan sesama. Untuk keselamatan dunia. Tapi jalan yg dirintis ternyata tidak semulus harapannya. Jalan itu berkelok penuh dengan aral rintangan. Terlebih saat itu jaman penjajahan. Ya, sampai Ki Hadjar sendiri terpaksa harus magang menjadi guru pada sekolah dasar pada benteng Madiun, sesuai beliau menamatkan bangku sekolahnya. Tidak betah menjadi guru, Ki Hadjar beralih profesi sebagai Leerling Reambate pada SS (PJKA/Kereta Api Indonesia saat ini - red) Bondowoso, Panarukan, dan Tapen.

Memasuki tahun 1906 terdorong oleh semangat pemberontakannya terhadap Negara Belanda - karena atasan beliau saat itu banyak yg asli Belanda -, Ki Hadjar keluar lagi dan melamar jadi mantri pada pasar Spoor Madiun. Empat bulan berikutnya ia ditempatkan pada Mlilir dan berhasil diangkat menjadi Ajund Opsioner pasar Mlilir, Dolopo, Uteran dan Pagotan.

Tapi lagi-lagi Ki Hadjar didera oleh semangat berontakannya. Memasuki tahun 1916 ia beralih profesi lagi dan bekerja pada Pabrik gula Rejo Agung Madiun. Disinipun Ki Hadjar hanya betah untuk sementara waktu. Tahun 1917 ia keluar lagi dan bekerja pada rumah gadai, hingga beliau bertemu dengan seorang tetua dari Tuban yg kemudian memberi pekerjaan kepadanya pada stasion Madiun sebagai pekerja harian.

Dalam catatan acak yg berhasil dihimpun, pada tempat barunya ini Ki Hadjar berhasil mendirikan perkumpulan "Harta Jaya" semacam perkumpulan koperasi guna melindungi kaumnya dari tindasan lintah darat. Tidak lama kemudian ketika VSTP (Persatuan Pegawai Kereta Api) lahir, nasib membawanya ke arah keberuntungan dan beliau diangkat menjadi Hoof Komisaris Madiun.

Senada dengan kedudukan yg disandangnya, kehidupannya pun bertambah membaik. Waktunya tidak sesempit seperti dulu-dulu lagi, saat beliau belum mendapatkan kehidupan yg lebih layak. Dalam kesenggangan waktu yg dimiliki, Ki Hadjar berusaha menambah ilmunya dan nyantrik pada Ki Ngabehi Soerodiwiryo.

Data yg cukup bisa dipertanggungjawabkan menyebutkan dalam tahun-tahun inilah Setia Hati (SH) mulai disebut-sebut untuk mengganti nama dari sebuah perkumpulan silat yg semula bernama "Djojo Gendilo Cipto Mulyo".

Selasa, 01 November 2016

Falsafah-falsafah SH TERATE

Falsafah merupakan kata-kata mutiara milik PSHT yang berguna untuk menuntun warga atau anggotanya



1."Sephiro Gedhening Sengsoro Yen Tinompo Amung Dadi Coba" yang berarti sebesar apapun penderitaan apabila diterima dengan hati yang ikhlas maka hanya akan menjadi cobaan semata.

2. "Olo Tanpo Rupo Yen Tumandhang Amung Sedelok" yang artinya setiap kesusahan, keburukan, dan masalah- masalah apabila dijalani dengan senang hati maka akan hanya terasa sebentar saja.

3. "Tega Larane, Ora Tego Patine" (bahwa orang SH Terate itu berani untuk menyakiti seseorang namun hanya kalau dengan niat untuk memperbaiki bukan merusak).

4. "Sak Apik-apike Wong Yen Aweh Pitulung Kanthi Cara Dedhemitan" (sebaik-baik manusia adalah orang yang memberi pertolongan secara sembunyi-sembunyi).

5. "Suro Diro Joyo Diningrat Lebur Dening Pangastuti" (segala kesempurnaan hidup Kesaktian, Kepandaian, Kejayaan, dan Kekayaan dapat diluluhkan dengan budi pekerti yang luhur).

6. "Satria Ingkang Pilih Tanding" (Kestria yang hanya mau melawan orang yang mampu menghadapinya, bukan orang yang lebih lemah daripadanya).

7. "Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake" artinya berani tanpa harus ada kawan dan dapat menang tanpa harus merendahkan lawan.

8. "Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan" artinya jangan sakit hati bila musibah menimpa dirinya dan jangan bersusah apabila kehilangan sesuatu.

9. "Ojo Seneng Gawe Susahe Liyan, Opo Alane Gawe Seneng Liyan" arinya jangan suka membuat orang lain bersusah dan tiada buruknya membuat bahagia orang lain.

10. "Ojo Waton Ngomong Ning Yen Ngomong Sing Gawe Waton" artinya jangan hanya sekedar bicara, namun apabila bicara harus bisa dibuktikan.

11. "Ojo Rumongso Biso Ning Sing Biso Rumungso" artinya janganlah merasa paling bisa namun sadar diri atas apa yang dapat dilakukan orang-orang disekitar kita.

12. "Ngunduh Wohing Pakarthi" artinya adalah siapa yang berbuat pasti akan menerima hasil perbuatanya.

13. "Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan" (Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri, Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).

14. "Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman" (Jangan mudah terheran-heran, Jangan mudah menyesal, Jangan mudah terkejut- kejut, Jangan mudah kolokan atau manja).

15. "Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman" (Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).

16. "Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka (Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka).

17. "Aja Milik Barang Kang Melok,Aja Mangro Mundak Kendo" (Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah, Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).

18. "Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha" (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan)

19. "Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli" (Bekerja keras dan bersemangat tanpa pamrih; Cepat tanpa harus mendahului; Tinggi tanpa harus melebihi)

20. "Sepira gedhining sengsara yen tinampa among dadi coba (seberat apapun cobaan yang diterima manusia jika dijalani dengan lapang dada akan diperoleh hikmah yang tidak terkira.)

21. "Aja waton ngomong ning ngomong kang ngango waton" (Jangan suka berbuat jelek pada sesama berbuatlah kebajikan pada sesama).

22. "Aja seneng gawe ala ing liyan, apa alane gawe senenge liyan" (jangan suka mencelakakan orang lain, tidak ada jeleknya membuat senang orang lain).

23. "Aja sok rumangsa bisa, nanging sing bisa rumangsa (jangan merasa diri paling super, tapi sadar diri dan sadar akan keberadaan orang lain).

24. "Ngundhuh wohing pakarti, sapa nandur bakal ngundhuh" (segala darma pasti akan berubah, apapun perbuatan yang kita lakukan pasti akan kembali pada diri kita sendiri).

25. "Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik, tapi sekecil apapun manfaat yang dapat kita berikan, jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat).

26. "Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara" (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).

27. "Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti" (segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar).

28. "Aja Adigang, Adigung, Adiguna"

(Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti).